Senin, 28 Maret 2016

Resensi Buku - When Tomorrow Comes

Kali ini saya akan membahas buku dwilogi yang membuat saya cukup termotivasi untuk berani mengambil resiko-resiko dalam hidup dan hidup sesuai keputusan saya, bukan orang lain. Buku yang menyuruh kita berani menghadapi sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin dan yang tidak bisa menjadi bisa.

Buku dwilogi karya penulis asal Australia, Peter O' Connor yang berjudul  'When Tomorrow Comes dan Seeking Daylight's End'. Mengapa ada dua judul? Tentu saja karena ini buku dwilogi.

Apa itu dwilogi?

Dwilogi adalah kumpulan buku yang ceritanya saling berkesinambungan dan terdiri dari dua seri. Jarang sekali ada buku yang terdiri dari dua seri. Biasanya tak berseri, tiga seri, atau empat seri.(ririesalien.blogspot.com)

Jadi buku ini terbagi menjadi 2 cerita dalam satu buku.

Judul pertama:

When Tomorrow comes

Bercerita tentang seorang kakek mantan veteran perang yang merasa hidupnya belum lengkap tanpa melihat gerhana matahari total terakhir dihidupnya. Dia memutuskan untuk melihat gerhana matahari tanpa menghiraukan kondisi kesehatannya yang memburuk.

Bersama cucunya Sarah, dia melewati perjalanan panjang. Sarah mendapatkan banyak pengalaman selama perjalanan, mengendarai kendaraan dobel gardan dengan rute off road yang sangat asing dimatanya. Keajaiban alam yang 'mungkin' tidak pernah Sarah rasakan sebelumnya.

Kehidupan Sarah selama ini sangat kaku, dia hanya mengikuti jalan yang sudah ditentukan ayahnya. Sukses, bergaji besar, dan bernama besar. Hanya itu yang dia tahu.

Namun saat ini dia paham.
Kita hidup dalam sangkar yang terbuat dari tuntutan, rutinitas, dan kebiasaan dan setelah begitu lama hidup dalam batas-batas ini.

Kita lupa bahwa kitasesungguhnya terperangkap.

Kalau kita buang semua bagian diri kita yang merupakan hasil dikte orang lain, apa yang tersisa?

Masih adakah yang tersisa?

Perjalanan Sarah dan Kakeknya melintasi Australia untuk mengejar gerhana matahari mengubah hidup mereka selamanya.

Judul kedua :

Seeking Daylight's End

Seekor elang muda bernama Talan memimpikan melihat matahari padam ditelan samudra. Untuk itu dia mesti terbang jauh melintasi pegunungan. Konon, tak satu pun elang dalam klannya pernah berhasil melakukan perjalanan ini.

Namun tekad Talan sudah bulat.Medan berat dan rintangan tak terhingga mesti diatasinya, hingga pada satu titik dia sempat bertanya-tanya, adakah gunanya melanjutkan perjalanan. Tapi setiap kali semangatnya mulai pudar, dia teringat nasihat bijak seekor elang tua,"Hanya ada satu yang bisa menghentikanmu. Dirimu sendiri."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar